Dalam tradisi Hindu Bali, harmoni alam dan manusia merupakan sebuah nilai hakiki yang membentuk kehidupan. Salah satu konsep mendasar yang mengisahkan keseimbangan ini adalah Panca Maha Bhuta, sebuah pemahaman mengenai lima elemen dasar yang diyakini menjadi pembentuk alam semesta. Keberadaan Panca Maha Bhuta ini bukan hanya sekedar elemen fisik, tetapi juga menjadi simbol dari keharmonisan kosmik antara manusia dan semesta. Panca Maha Bhuta mengajarkan kepada masyarakat Hindu Bali untuk menghormati alam dan menjaga keselarasan antara manusia dengan semesta. Mari kita kenali lebih dalam makna dari masing-masing elemen dalam Panca Maha Bhuta ini.
Teja
Teja adalah elemen pertama dalam Panca Maha Bhuta, yang mewakili api, panas, dan sinar. Dalam konsep ini, api tidak hanya berfungsi sebagai sumber panas, tetapi juga sebagai penerang yang memberikan cahaya pada kehidupan. Dalam tubuh manusia, elemen Teja dihubungkan dengan semangat dan kekuatan. Api memiliki sifat yang membangkitkan kekuatan, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, elemen ini menggambarkan energi dan semangat yang berkobar. Bagi masyarakat Hindu Bali, api adalah simbol peleburan untuk mengantarkan pada kesucian, seperti dalam ritual Ngaben yang menggunakan api untuk mengantar jiwa menuju alam keabadian.
Bayu
Selanjutnya, ada Bayu yang merupakan elemen udara atau nafas. Bayu dalam Panca Maha Bhuta adalah simbol dari kehidupan itu sendiri, karena udara merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup. Dalam tubuh manusia, elemen ini dihubungkan dengan sistem pernapasan dan sirkulasi energi. Udara melambangkan kebebasan, fleksibilitas, dan perubahan, yang juga menjadi sifat dari alam semesta. Dalam ajaran Hindu Bali, udara adalah elemen yang membawa pesan bahwa kehidupan ini terus bergerak dan berubah, mengalir seperti udara yang senantiasa berputar tanpa henti.
Pertiwi
Pertiwi, atau elemen tanah, melambangkan kekuatan dan kestabilan. Tanah dalam Panca Maha Bhuta dipercaya sebagai fondasi utama yang menopang kehidupan. Dalam tubuh manusia, elemen tanah diasosiasikan dengan kekuatan fisik dan kesehatan tubuh. Tanah memberikan nutrisi dan ketenangan, menjadi tempat tumbuhnya segala bentuk kehidupan. Oleh sebab itu, dalam kepercayaan Hindu Bali, elemen tanah mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan yang erat dengan alam, karena darinya kita memperoleh kekuatan dan ketenangan batin.
Apah
Berikutnya adalah Apah, elemen yang mewakili air. Air dalam Panca Maha Bhuta dianggap sebagai sumber kehidupan, karena semua makhluk hidup membutuhkan air untuk bertahan hidup. Dalam tubuh manusia, elemen ini dikaitkan dengan aliran darah dan cairan tubuh lainnya. Air melambangkan keluwesan dan adaptasi, sifat yang selalu bergerak dan menyesuaikan bentuknya sesuai wadahnya. Dalam kehidupan spiritual Hindu Bali, air sering digunakan dalam upacara penyucian untuk membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual.
Akasa
Terakhir adalah Akasa, yang berarti ether atau ruang hampa. Akasa dalam Panca Maha Bhuta adalah elemen yang tak terlihat, namun memberikan ruang bagi elemen lainnya untuk bergerak dan berfungsi. Ether melambangkan kehampaan dan ketenangan, menjadi tempat bagi segala sesuatu untuk muncul dan berkembang. Dalam diri manusia, Akasa adalah simbol dari pikiran dan kesadaran yang luas. Dalam ajaran Hindu Bali, elemen ini mengajarkan bahwa di dalam setiap diri ada ruang kosong yang suci, tempat dimana kita bisa berhubungan dengan Yang Maha Kuasa.
GWK Bali menjadi salah satu tempat yang menyimpan kisah Panca Maha Bhuta melalui pengalaman spiritual dan budaya di Parahyangan Somaka Giri. Mengunjungi GWK Bali, Anda akan mendapatkan kesempatan untuk lebih mengenal konsep Panca Maha Bhuta yang menjadi inti dari harmoni alam dalam kepercayaan Hindu Bali. Rencanakan liburanmu ke GWK Bali dan ikuti pengalaman menarik ini dengan membeli tiketnya di sini.