Di balik pesona alam dan budayanya yang memikat, ribuan kisah tentang yang diangkat dari kitab-kitab Hindu dan cerita rakyat Bali turut menambah kekayaan budayanya. Salah satu tempat yang mengabadikan cerita-cerita ini adalah GWK Bali, terutama di Plaza Kura-Kura. Di sinilah Anda dapat menyelami kisah yang menjadi bagian dari warisan budaya Hindu Bali.
Plaza Kura-Kura adalah sebuah taman tropis dengan kolam yang indah di GWK Bali. Terdapat empat karya seni patung yang terukir di tebing kapur Plaza Kura-Kura Patung-patung ini menggambarkan 4 awatara atau penjelmaan sang dewa pemelihara alam semesta, Dewa Wisnu, yaitu Matsya (ikan raksasa), Kurma (kura-kura), Waraha (babi hutan), dan Narasimha (manusia setengah singa). Masing-masing awatara menyimpan sebuah kisah legenda Hindu Bali yang menarik.
Matsya Awatara menyelamatkan manusia dari kepunahan
Matsya Awatara adalah awatara Dewa Wisnu berwujud ikan raksasa yang pertama kali turun ke dunia pada masa Satya Yuga. Saat itu, Raja Manu sedang mencuci tangan di sungai dan menemukan seekor ikan kecil yang meminta perlindungan. Raja Manu merawat ikan itu hingga tumbuh menjadi raksasa, yang ternyata adalah Matsya, jelmaan Dewa Wisnu. Matsya Awatara memperingatkan Raja Manu tentang bencana air bah dan memintanya untuk membangun bahtera besar, lalu mengikatnya ke tanduk Matsya dengan Naga Vasuki sebagai tali pengikatnya. Akhirnya, Raja Manu dan para pengikutnya berhasil selamat dari bencana tersebut.
Peran Kurma Awatara saat mencari Tirta Amertha
Kurma Awatara merupakan awatara Dewa Wisnu berwujud kura-kura raksasa yang muncul pada masa Satya Yuga. Alkisah para Dewa dan Asura (bangsa raksasa) bersatu untuk mencari Tirta Amertha, air suci yang memberikan keabadian. Untuk mencapainya, mereka harus mengaduk laut Ksirarnawa menggunakan Gunung Mandaragiri sebagai pengaduk. Dewa Wisnu menjelma dirinya menjadi Kurma Awatara untuk menahan gunung Mandaragiri agar tidak tenggelam. Naga Vasuki menjadi tali pemutar, sementara Dewa Indra menjaga keseimbangan gunung dari puncaknya. Berkat kerjasama dan ketekunan mereka, akhirnya Tirta Amertha berhasil didapatkan.
Pertarungan Waraha Awatara selama ribuan tahun untuk menyelamatkan bumi
Waraha Awatara, awatara Dewa Wisnu berwujud babi hutan raksasa yang muncul pada masa Satya Yuga. Pada masa itu, seorang raksasa bernama Hiranyaksa berencana menenggelamkan bumi ke dalam lautan kosmik. Untuk mencegahnya, Dewa Wisnu turun sebagai Waraha Awatara. Pertempuran dahsyat pun terjadi antara Waraha Awatara dan Hiranyaksa, hingga berlangsung selama ribuan tahun. Akhirnya, Waraha Awatara berhasil mengalahkan Hiranyaksa. Dengan kekuatannya, Waraha Awatara mengangkat bumi dari lautan kosmik menggunakan dua taring panjangnya, menyelamatkan bumi dari kehancuran.
Narasimha Awatara berhasil mengalahkan raja raksasa dengan memecah teka-teki
Narasimha Awatara adalah awatara Dewa Wisnu berwujud manusia berkepala singa yang muncul saat menjelang akhir masa Satya Yuga. Dikisahkan Hiranyakasipu adalah raja Asura (bangsa raksasa) yang sangat membenci Dewa Wisnu karena telah mengalahkan adiknya Hiranyaksa (kisah Waraha Awatara). Ia pun meminta permohonan kepada Dewa Brahma untuk tidak bisa dibinasakan oleh manusia, hewan, atau pun dewa; saat pagi, siang, atau malam; di darat, api, atau udara; di dalam, atau pun di luar rumah; dan juga tidak bisa dikalahkan oleh berbagai macam senjata. Pada saat terjadi peperangan antara para Dewa dan Asura, para Dewa hampir saja kalah. Dewa Wisnu akhirnya berhasil memecah teka-teki dan dapat mengalahkan Hiranyakasipu. Dewa Wisnu menjelma sebagai manusia berkepala singa (Narasimha Awatara), pada saat senja, tepat di atas pangkuannya, menggunakan kuku Narasimha.
Selain kisah Awatara Dewa Wisnu, masih banyak berbagai kisah legenda Hindu Bali yang patut untuk dijelajahi di setiap sudut GWK Bali. Kunjungi dan ikuti Instagram serta TikTok GWK Bali untuk menyelami kisah legenda Hindu Bali menarik lainnya.